

Program Satu Desa, Provinsi Jambi, menunjukkan komitmen kuat terhadap pengembangan sumber daya manusia sejak usia dini melalui peluncuran program “Satu Desa Satu PAUD”. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini serta pemerataan layanan pendidikan di wilayah pedesaan. Dengan populasi tersebar di wilayah perbukitan dan hutan tropis, Merangin menghadapi tantangan geografis dalam penyediaan layanan pendidikan yang merata.
Program ini di canangkan secara resmi pada awal 2025 oleh Bupati Merangin, H. Mashuri, dan di dukung penuh oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin. Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan bahwa pendidikan anak usia dini memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan formal. Oleh karena itu, kehadiran PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di setiap desa di harapkan dapat menjadi fondasi awal yang kuat bagi generasi masa depan Merangin.
Salah satu prioritas utama pemerintah adalah menghapus ketimpangan antara desa dan kota dalam akses pendidikan. Dari 205 desa di Merangin, tercatat masih ada sekitar 30 desa yang belum memiliki lembaga PAUD formal. Melalui program ini, pemerintah menargetkan pendirian PAUD baru secara bertahap dengan bantuan anggaran dari APBD dan dana desa. Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Sudirman, menyatakan bahwa pihaknya akan memfasilitasi pelatihan guru, penyediaan fasilitas belajar, serta integrasi dengan program kesehatan anak.
Program Satu Desa, langkah ini di apresiasi oleh banyak pihak, termasuk orang tua dan tokoh masyarakat yang melihat pentingnya pendidikan sejak dini dalam membentuk perilaku positif anak. Dengan semangat gotong royong dan dukungan komunitas, program “Satu Desa Satu PAUD” menjadi simbol kebangkitan pendidikan desa dan keseriusan pemerintah Merangin dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Strategi Implementasi Dan Dukungan Infrastruktur Pendidikan Dari Program Satu Desa, Pemerintah Kabupaten Merangin menerapkan pendekatan bertahap dan partisipatif. Strategi ini mencakup pemetaan kebutuhan desa, identifikasi calon guru PAUD lokal, hingga penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan standar nasional. Hal ini bertujuan agar PAUD yang di bentuk tidak hanya berfungsi sebagai lembaga formal, tetapi juga menjadi pusat kegiatan belajar yang holistik dan berkelanjutan.
Langkah awal dalam pelaksanaan program ini adalah mengidentifikasi desa-desa yang belum memiliki PAUD. Tim teknis dari Dinas Pendidikan bersama kepala desa melakukan survei untuk mengetahui kesiapan lokasi, minat masyarakat, dan sumber daya yang tersedia. Hasil dari survei ini menjadi dasar dalam menyusun rencana aksi per desa, termasuk pengadaan lahan dan desain bangunan PAUD yang ramah anak dan adaptif terhadap kondisi setempat.
Pembangunan infrastruktur PAUD di biayai dari kombinasi dana APBD, Dana Desa, dan bantuan CSR dari perusahaan swasta yang beroperasi di wilayah Merangin. Pemerintah juga menjalin kerja sama dengan universitas di Jambi untuk mendampingi perencanaan dan pelatihan guru. Fasilitas yang di siapkan meliputi ruang kelas, taman bermain, toilet anak, serta peralatan edukatif seperti buku cerita, alat peraga, dan mainan edukatif.
Sementara itu, pemerintah mengedepankan prinsip keberlanjutan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal. Misalnya, tenaga pendidik di utamakan berasal dari warga desa yang telah mengikuti pelatihan PAUD. Mereka di berikan insentif dan pendampingan berkala agar mampu memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Pelatihan ini di fasilitasi oleh Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas (BP-PAUD) Provinsi Jambi.
Strategi yang holistik dan inklusif ini menjadi kekuatan utama dari program “Satu Desa Satu PAUD”, yang di harapkan mampu menciptakan perubahan signifikan dalam kualitas pendidikan anak usia dini di Merangin. Upaya ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat di majukan bahkan dari desa-desa terpencil, asalkan di lakukan dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang berkelanjutan.
Antusiasme Masyarakat Dan Peran Aktif Komunitas Desa di Merangin tak lepas dari antusiasme dan dukungan masyarakat desa. Berbagai kalangan turut serta dalam menyukseskan program ini, mulai dari perangkat desa, tokoh adat, hingga ibu-ibu rumah tangga. Mereka menyambut kehadiran PAUD sebagai sesuatu yang baru dan penting dalam perkembangan anak-anak mereka.
Partisipasi masyarakat terlihat dari semangat gotong royong yang muncul dalam proses pembangunan dan operasional PAUD. Di beberapa desa, warga secara sukarela menyumbangkan bahan bangunan, tenaga kerja, hingga peralatan belajar. Beberapa orang tua juga turut menjadi relawan dalam mendampingi kegiatan belajar, memasak makanan sehat, dan membersihkan ruang kelas. Budaya gotong royong ini menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam mendukung program pemerintah.
Kepala Desa Sungai Sahut, salah satu desa yang telah mendirikan PAUD tahun ini. Mengungkapkan bahwa kehadiran lembaga tersebut membawa dampak besar. “Anak-anak kini lebih siap masuk SD, mereka belajar sambil bermain, dan orang tua pun makin sadar pentingnya pendidikan sejak dini,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa program ini juga menjadi ajang pemberdayaan perempuan, karena banyak ibu rumah tangga yang di latih menjadi pendidik PAUD.
Lembaga adat dan tokoh agama juga mengambil peran dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Mereka mengintegrasikan pesan-pesan moral dan etika dalam kegiatan keagamaan dan adat, agar nilai-nilai positif tertanam sejak kecil. Di beberapa tempat, pengurus masjid bahkan menyelenggarakan kelas pengajian anak dengan pendekatan PAUD.
Dengan adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat, program “Satu Desa Satu PAUD” tidak hanya. Menjadi agenda pembangunan, tetapi juga gerakan sosial yang mengakar kuat di tengah masyarakat Merangin. Hal ini menjadi bukti bahwa pembangunan sumber daya manusia yang. Di mulai dari desa memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif yang berkelanjutan.
Tantangan Dan Harapan Ke Depan menunjukkan hasil yang menggembirakan, masih ada sejumlah. Tantangan yang di hadapi Pemerintah Kabupaten Merangin dalam mewujudkan visinya. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia, terutama tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi dan pelatihan yang memadai. Meskipun pelatihan telah di selenggarakan, tidak semua guru dapat langsung memenuhi standar yang di tetapkan oleh Kementerian Pendidikan.
Selain itu, tantangan lainnya adalah dalam hal pengawasan dan keberlanjutan operasional PAUD. Beberapa desa yang terpencil mengalami kendala dalam logistik, akses internet, dan keterbatasan sumber daya pendukung lainnya. Oleh karena itu, Pemkab Merangin sedang menjajaki kerja sama dengan pihak swasta dan NGO untuk menyediakan. Dukungan tambahan, seperti beasiswa pelatihan guru, penyediaan teknologi pembelajaran, dan bantuan operasional.
Aspek pembiayaan juga menjadi fokus perhatian. Meski telah di dukung dana desa dan APBD, keberlanjutan pendanaan untuk operasional harian PAUD masih perlu di pastikan. Pemkab mendorong desa-desa untuk mengalokasikan dana secara konsisten dalam APBDes serta mendorong. Inovasi pendanaan berbasis komunitas, seperti tabungan pendidikan dan sponsorship lokal.
Namun, di balik tantangan tersebut, harapan tetap tinggi. Pemerintah menargetkan seluruh desa di Merangin memiliki PAUD aktif dan berkualitas dalam lima tahun ke depan. Target ini akan di capai melalui pembinaan berkelanjutan, penguatan regulasi, serta dukungan teknologi yang adaptif terhadap kondisi desa.
Program “Satu Desa Satu PAUD” telah menjadi tonggak penting dalam sejarah pembangunan Merangin. Dengan komitmen kuat, kerja sama lintas sektor, dan dukungan masyarakat, program ini bukan hanya membangun lembaga pendidikan. Tetapi juga membangun harapan baru bagi generasi muda Merangin yang lebih cerdas, sehat, dan siap menghadapi masa depan dari Program Satu Desa.