Travel
Jensen Huang Ceo Founder Nvidia Orang Terkaya Ke 14
Jensen Huang Ceo Founder Nvidia Orang Terkaya Ke 14
Jensen Huang Seorang Ceo Founder Nvidia Sekaligus Orang Terkaya Ke 14 Di Dunia Yang Dulunya Kerja Sebagai Tukang Cuci Piring. CEO Founder Nvidia, Jensen Huang, saat ini menduduki peringkat ke-14 sebagai salah satu orang terkaya di seluruh dunia. kekayaannya mencapai seratus miliar dolar AS. Yang setara dengan Rp1.589 triliun menurut data real-time billionaires Forbes. Meskipun demikian, Huang pernah mengalami pekerjaan sebagai pencuci piring di restoran Denny’s semasa remajanya. Menurut Huang, perjalanan menuju kesuksesan bukanlah hal yang mudah. Di restoran Denny’s, ia menjalankan berbagai tugas seperti membersihkan meja, mencuci piring, dan merawat toilet. Namun, di restoran tersebut pula, Huang bersama dengan para pendiri lainnya mengemukakan ide untuk mendirikan Nvidia yang kini di kenal sebagai perusahaan AI dan produsen chip terbesar di dunia. Menurutnya, tidak ada pekerjaan yang terlalu rendah untuknya. Huang menegaskan bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu rendah baginya, mengingat pengalamannya sebagai pencuci piring dan pembersih toilet.
Dia mengklaim bahwa dia sudah membersihkan beberapa toilet di bandingkan orang lain jika di gabungkan. Lebih lanjut, Huang percaya bahwa etos kerja ini telah menanamkan rasa hormat yang mendalam terhadap semua jenis pekerjaan. Jika seseorang mengirimkan sesuatu padanya dan meminta masukan, Huang merasa siap untuk membantu. Huang lahir di Tainan, Taiwan pada 1963, dan keluarganya pindah ke Thailand ketika dia berusia lima tahun. Setelah itu, ayahnya melanjutkan pelatihan di Amerika Serikat dengan produsen AC Carrier. Keluarganya kemudian pindah ke Oneida, Kentucky untuk pendidikan tingkat dasar, dan akhirnya menetap di sekitar Portland, Oregon. Meskipun kehidupannya membaik, Huang menghadapi kesulitan beradaptasi dengan teman-temannya di sekolah. Dia mengingat masa-masa bekerja di Denny’s sebagai pelajaran berharga. Kini, sebagai CEO Nvidia, Huang merasa bangga dengan perjalanan kariernya dari pelayan restoran menjadi pemimpin perusahaan bernilai triliunan dolar.
Jensen Huang Yang Kini Berusia 61 Tahun
Jensen Huang Yang Kini Berusia 61 Tahun, bukanlah seorang artis, tetapi ia seorang insinyur yang menjabat sebagai CEO Nvidia. Usaha chip yang di pimpinnya baru-baru ini mengalami lonjakan nilai, melewati 3 Triliun USD, setara dengan Rp 49.149 triliun. Nvidia sempat menggeser Apple dari posisi kedua menjadi usaha yang paling berharga di dunia. Meski 8 tahun kebelakang saham Nvidia memiliki nilai kurang dari 1 persen dari harganya kini. Huang kini merasakan perayaan atas pencapaiannya. Menurut Bob O’Donnell, Huang kini di perlakukan layaknya seorang bintang rock dan tampak menikmati kesempatan mengembangkan perusahaan Nvidia lebih lanjut. Huang tampil dengan jaket Tom Ford yang di pakainya seharga sembilan ribu USD pada konferensi teknologi Computex di Taiwan. Di hadiri oleh berbagai perusahaan besar dunia. Meskipun kelahirannya di Taiwan, Huang dan keluarganya keluar dari pulau ketika dia berumur 5 tahun.
Pada saat konferensi, Huang sering kali muncul dalam foto dan bahkan menandatangani baju salah seorang Wanita. Ia sembari bertanya apa itu adalah ide yang baik. Media lokal menyebut situasi ini sebagai “Jensanity,” gabungan nama depan, Jensen, istilah insanity yang menggambarkan kegilaan terhadap Huang. Ketertarikan ini juga muncul di tengah rencana regulator AS untuk menyelidiki Usaha Teknologi yang ternama termasuk Nvidia berkat dominasi mereka dalam industri AI. Selain itu, CEO Founder Meta, Mark, menyebut Huang sebagai Taylor Swift di bidang teknologi dalam tanggapannya terhadap salah seorang followers platform sosial tidak mengenal Huang. Ia berdiri di paling depan revolusi teknologi, bertepatan dengan Nvidia yang menjadi perancang chip AI. Suksesnya perusahaan Nvidia juga berdampak pada TSMC, mitra tunggal chip Nvidia, yang sahamnya mempunyai rekor paling tinggi. Chip canggih, termasuk yang di gunakan untuk AI, kini jadi pemicu geopolitik antara Amerika Serikat dengan China, namun Taiwan tetap menjadi pemimpin dalam produksi cip.
Raksasa Chip Asal Amerika Serikat
Nvidia, Raksasa Chip Asal Amerika Serikat, kini tengah meraih kesuksesan yang pesat, membawa kekayaan bosnya, Jensen Huang, mencapai Rp 1.700 triliun. Meskipun demikian, perjalanan karir Jensen di mulai dari bawah, bahkan ia memulai karirnya sebagai Office Boy. Jensen kelahirannya berada di Taiwan pada 1963 dan pada usia sembilan tahun, ia dan keluarganya pindah ke Tacoma, Amerika Serikat, untuk tinggal bersama pamannya. Pekerjaan pertamanya sebagai tukang cuci piring di restoran Denny’s saat ia berusia 15 tahun memberikan banyak pelajaran berharga. Ia menganggap pekerjaan ini sebagai titik karir yang baik dan merekomendasikan pada seluruh orang untuk memulai karir mereka di industri restoran, yang memberi ajaran kerja keras serta kerendahan hati. Jensen bahkan merasa dirinya menjadi Office Boy terbaik di Denny’s.
Setelah menyelesaikan sekolah, Huang memilih untuk masuk Perguruan Tinggi di Oregon karena uang kuliah yang terjangkau. Selama delapan tahun, ia bekerja paruh waktu dengan usaha chip sambil mengejar Gelar Master. Saat hari Thanksgiving 1993, Huang bersama 2 rekannya, Curtis serta Chris, berpapasan di Restoran Denny’s. Di sana, mereka bertiga memulai merangkai sketsa rencana untuk membangun sebuah perusahaan mereka sendiri di atas serbet. Mereka memutuskan untuk mendirikan Nvidia dengan modal awal USD 40 ribu, dan Nvidia go public pada tahun 1999. Perusahaan ini awalnya memproduksi chip grafis komputer dan meraih kesuksesan besar.
Dengan meledaknya era AI saat ini, Nvidia memanfaatkan peluang tersebut dan chip AI buatannya menjadi sangat laris. Jensen Huang, yang memiliki 3,5% saham Nvidia, kini kekayaannya mencapai USD 107,2 miliar atau lebih dari Rp 1.746 triliun, sebuah lonjakan signifikan di bandingkan dengan kekayaannya lima tahun lalu yang hanya USD 3 miliar. Huang berpendapat bahwa salah satu kunci kesuksesan adalah mengalami penderitaan dan memiliki ekspektasi rendah.
Berat Bagi CEO Intel
Hari-hari terakhir ini terbilang Berat Bagi CEO Intel, Pat Gelsinger, karena perusahaan yang dipimpinnya tengah menghadapi masa-masa sulit. Intel, yang berbasis di Santa Clara, California, mengalami kerugian signifikan sebesar $1,6 miliar pada Q2-2024. Pendapatan perusahaan stagnan di angka $12,8 miliar, sementara tahun lalu, pada periode yang sama, Intel masih mencatat laba sebesar $1,5 miliar. Persaingan ketat dengan perusahaan teknologi besar lainnya seperti Nvidia dan AMD, terutama dalam bisnis chip untuk kecerdasan buatan (AI) yang sedang berkembang pesat, membuat Intel tertinggal. Untuk memperbaiki kinerja perusahaan, Gelsinger berencana melakukan pemangkasan biaya besar-besaran. Ini termasuk pengurangan belanja operasional dan modal, serta menangguhkan dividen mulai Q4-2024. Gelsinger mengungkapkan bahwa langkah-langkah drastis ini bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas dan efisiensi modal lebih dari $10 miliar pada tahun 2025. Ia juga menjelaskan bahwa pemangkasan 15.000 tenaga kerja diharapkan selesai pada akhir 2025.
Sementara Intel menghadapi kesulitan, Nvidia, pesaing terdekatnya, sedang menikmati masa kejayaan. Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Nvidia yang diadakan pada 26 Juni 2024, Jensen Huang menerima kompensasi sebesar $34 juta. Nvidia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar $26 miliar pada Q2-2024, melampaui ekspektasi analis dan mencatat laba bersih $15,24 miliar dengan marjin laba bersih 58%. Saham Nvidia telah naik lebih dari 160% tahun ini, berkat booming AI dan pemecahan saham 10-untuk-1. Meskipun ada skeptisisme dari Elliot Management tentang potensi teknologi AI dan harga saham Nvidia yang di anggap berada dalam gelembung, Huang menekankan bahwa chip AI Nvidia menawarkan biaya total kepemilikan terendah dan perusahaan telah mencapai lingkaran kebajikan, di mana platform yang sukses menarik lebih banyak pengguna. Kesuksesan Nvidia yang terus meningkat, didorong oleh inovasi dalam chip AI, mencerminkan pencapaian luar biasa di dunia teknologi yang dipimpin oleh Jensen Huang.