Health
Proyek CCS Di Lapangan Tangguh Mencontoh Pelabuhan Nagoya
Proyek CCS Di Lapangan Tangguh Mencontoh Pelabuhan Nagoya
Proyek CCS Atau Proyek Penangkapan Dan Penyimpanan Karbon Memperpanjang Kerjasama Melalui MoU Antara Chubu Electric Power Co Inc Dengan BP. Amandemen MoU ini baru di setujui dan akan melanjutkan pembangungan dari Pelabuhan Nagoya, Jepang hingga ke lapangan Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Yang mana, kolaborasi ini memperluas cakupan dari MoU yang sebelumnya telah di tandatangani pada September 2023. Ini mencakup evaluasi optimasi biaya proyek dalam rantai nilai CCS serta pengembangan model bisnis yang bertujuan untuk menjadikan proyek CCS ini komersial. Presiden Regional Asia Pasifik BP, Kathy Wu, menyatakan bahwa perubahan dalam MoU ini menunjukkan keberlanjutan kemitraan antara BP dan Chubu. Serta, juga bersama dengan mitra lainnya di Tangguh. Wu juga menekankan pentingnya kolaborasi ini dalam konteks keterlibatan masyarakat di Asia Zero Emission Community (AZEC). Kemudian, juga mendukung upaya mereka dalam mendukung agenda netral karbon di kawasan Asia. Hal ini mencerminkan peran BP dalam memajukan upaya dekarbonisasi di wilayah tersebut.
Di sisi lain, CEO Divisi Bisnis Global Chubu Electric, Hiroki Sato mengungkapkan keyakinannya bahwa proyek CCS merupakan salah satu elemen kunci. Terutama, dalam perjalanan program dekarbonisasi mereka. Sato juga menambahkan bahwa BP adalah mitra yang sangat dapat di andalkan oleh Chubu Electric dalam melanjutkan proyek CCS Pelabuhan Nagoya ini. Tentu, dengan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Jepang.
Dengan studi kelayakan (FS) pada proyek CCS di Nagoya telah di selesaikan. Sehingga, kedua perusahaan tersebut kini berfokus pada eksplorasi dan pengembangan rantai nilai CCS dari Jepang ke Indonesia. Kemudian, kolaborasi yang lebih luas ini bukan hanya menunjukkan komitmen BP dan Chubu dalam mendukung dekarbonisasi. Namun, juga memperkuat hubungan strategis antara kedua negara dalam mewujudkan proyek yang berdampak besar terhadap lingkungan. Selanjutnya, MoU yang di perbarui dan di perluas ini tidak hanya mencakup evaluasi teknis dan finansial proyek CCS.
Pelabuhan Nagoya Menjadi Contoh Yang Ideal Dalam Implementasi Proyek CCS
Identifikasi berbagai persyaratan hukum yang di perlukan untuk mendirikan hub dan klaster CCS berskala besar juga termasuk kedalam MoU tersebut. Selain itu, MoU ini juga menyentuh aspek penting seperti model bisnis yang dapat di terapkan. Hal ini termasuk insentif serta mekanisme pendanaan yang di butuhkan guna merealisasikan proyek CCS komersial di masa depan. Selain itu, MoU ini juga menyoroti pentingnya optimasi infrastruktur darat untuk mendukung pencairan dan pengiriman CO2 dalam skala besar. Ini juga termasuk pengadaan dan pengoperasian kapal-kapal khusus untuk pengangkutan CO2.
Sebagai pelabuhan terbesar di Jepang berdasarkan volume kargo, Pelabuhan Nagoya Menjadi Contoh Yang Ideal Dalam Implementasi Proyek CCS ini. Yang mana, pelabuhan tersebut menyumbang sekitar 3 persen dari total emisi CO2 di Jepang. Serta, pelabuhan Nagoya juga telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi karbonnya sebesar 46 persen pada tahun fiskal 2030 di bandingkan dengan tahun fiskal 2013. Yang mana, ini merupakan langkah yang sangat baik mengingat model contoh yang di gunakan adalah negara Jepang. Mengingat, kemampuan mereka yang sangat baik dalam mengelola emisi karbon. Hal ini terbukti dengan target ambisius yang mereka rencanakan demi mengurangi emis karbon dengan perbandingan di tahun fiskal 2013. Sementara itu, Pertamina Drilling yang merupakan sebuah perusahaan afiliasi dari PT Pertamina Hulu Energi memiliki catatan keselamatan serta kinerja operasional yang memuaskan pada kuartal II tahun 2024. Avep Disasmita, Direktur Utama Pertamina Drilling menjelaskan bahwa pencapaian kinerja operasi perusahaan, termasuk tingkat ketersediaan rig.
Yang mana, perusahaan tersebut berhasil melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dengan angka yang menyentuh 99,39 persen. Kemudian, produktivitas rig juga tercatat di atas target dengan pencapaian 69,99 persen. Sementara itu di sisi lain, realisasi NPT atau Waktu Tak Produktif berjalan mencapai 1,27 persen. Yang mana, ini lebih rendah dari ambang batas RKAP sebesar 1,47 persen.
Mendukung Upaya Pemerintah Terhadap Transisi Energi Yang Tengah Di Galakkan.
Dari sisi aspek Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan. Pertamina Drilling mencatatkan kinerja yang memuaskan sampai Juni 2024 dengan mencapai zero fatality atau nihil angka kematian. Di harapkan, catatan kinerja ini dapat terus terjaga sehinnga target – target dari perusahaan dapat tercapai dengan aman, selamat dan sehat. Selain itu, jumlah sebesar 1.416 ton karbon dioksida ekuivalen berhasil di kurangi oleh perusahaan ini. Yang mana, ini merupakan pencapaian yang signifikan dalam mendukung upaya pemerintah untuk transisi energi yang berkelanjutan.
Avep Disasmita menegaskan bahwa komitmen dari Pertamina Drilling untuk terus Mendukung Upaya Pemerintah Terhadap Transisi Energi Yang Tengah Di Galakkan. Perusahaan ini juga bertekad untuk terhadap upaya perwujudan peningkatan target produksi minyak nasional perhari dengan besaran 1 juta barel BOPD. Serta, untuk minyak bumi pada tahun 2030 dengan 12 MMSCFD atau miliar standar kaki kubik per hari. Yang mana, demi mencapai tujuan tersebut, Avep mengajak manajemen dan seluruh karyawan Pertamina Drilling untuk berkolaborasi dengan penuh semangat dan sinergi. Yaitu, mengutamakan bekerja sama dengan prinsip-prinsip AKHLAK sebagai landasan, agar dapat bersama-sama mengarahkan perusahaan menuju tujuan bersama yang di impikan.
Pertamina Drilling memiliki visi untuk mengimplementasikan proses ujung ke ujung dalam pengeboran sumur. Hal ini mencakup setiap tahap mulai dari persiapan lokasi, perancangan, eksekusi, hingga tahap produksi. Direktur Utama Pertamina Drilling ini juga berharap perusahaan dapat melengkapi setiap kontrak kerja jangka panjang dengan. Yang mana, ini termasuk elemen-elemen yang menjadi perhatian utama dan tidak hanya sebatas penyediaan jasa. Namun, juga dengan menawarkan paket bisnis yang mampu meningkatkan pendapatan serta memberikan keuntungan optimal bagi Pertamina Drilling. Kemudian, Pertamina Drilling tidak hanya fokus pada aktivitas di dalam grup Pertamina, tetapi juga telah berhasil memperlihatkan kompetensi kolaboratifnya dengan ExxonMobil. Saat ini, Pertamina Drilling sedang terlibat dalam pengerjaan sumur kedua pada Sumur B-12 Banyuurip Infill Clastic setelah berhasil menyelesaikan sumur pertama dengan baik.
Pertamina Drilling Telah Mencapai Berbagai Prestasi
Proyek ini mendapat perhatian serius karena memberikan kontribusi signifikan, khususnya dalam meningkatkan produksi minyak nasional. Ada ekspektasi tinggi bahwa hasil dari proyek ini akan sangat memuaskan. Sampai dengan trisemester kedua tahun ini, Pertamina Drilling Telah Mencapai Berbagai Prestasi di luar kegiatan operasionalnya. Prestasi ini termasuk penerimaan beberapa penghargaan seperti CID Upstream Award, CEO Award WSO, WSO Safety Culture, dan IADC Safety Award. Pertamina Drilling juga terlibat dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PIEP, PDSI, dan Elnusa. Serta, Indonesia Drilling Training Center (IDTC) yang juga menyelenggarakan berbagai pelatihan. Pelatihan ini di hadiri oleh peserta dari berbagai negara, termasuk TPDC dari Tanzania, Petrofund dari Namibia, Medco, dan Timor GAP dari Timor Leste. Selain itu, perusahaan ini juga berhasil mencatat beberapa pencapaian penting lainnya. Seperti pelaksanaan pengeboran pertama di sumur ExxonMobil, Proyek IDESS, Proyek Jack Up Rig serta Proyek CCS.