

Sashiminya Orang Batak Yaitu Naniura Yang Merupakan Hidangan Tradisional Batak Toba Berupa Ikan Mas Mentah Yang Di Masak Dengan Perasan Asam. Dan rempah khas seperti andaliman, sehingga daging ikan tampak matang tanpa api. Rasanya asam, pedas, dan aromatik, sangat berbeda dari sashimi Jepang yang cenderung hambar dan bersih. Awalnya makanan ini hanya di sajikan pada upacara adat dan untuk kaum bangsawan. Tapi kini menjadi kuliner khas Danau Toba yang merepresentasikan kekayaan budaya Batak. Sekaligus keunikan teknik “memasak” alami khas Nusantara.
Ikan yang di gunakan dalam pembuatan umumnya tidak di masak dengan api. Melainkan di awetkan dengan perasan air jeruk nipis atau asam. Yang berfungsi untuk mengawetkan ikan serta memberi rasa asam yang segar. Sashiminya Orang Batak ini menjadi salah satu sajian yang cukup populer di kalangan masyarakat Batak. Terutama dalam acara-acara adat atau perayaan keluarga besar. Proses pembuatan membutuhkan ketelitian dan keterampilan khusus. Ikan yang di gunakan harus dalam kondisi segar dan di pilih dengan cermat. Karena kualitas ikan akan mempengaruhi rasa dari hidangan ini. Setelah ikan di bersihkan dan di potong tipis-tipis.
Bumbu rempah yang telah di hancurkan kemudian di campurkan bersama ikan. Campuran ini di biarkan beberapa waktu agar bumbu meresap dan ikan dapat matang dengan bantuan perasan jeruk nipis dan asam. Naniura biasanya di sajikan dengan nasi hangat dan sering menjadi pelengkap dalam hidangan utama. Atau sebagai hidangan pembuka dalam berbagai acara adat Batak. Meskipun terlihat sederhana Sashiminya Orang Batak ini mengandung filosofi budaya yang dalam. Hidangan ini tidak hanya mencerminkan kekayaan alam dan tradisi kuliner Batak. Tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dalam perayaan atau upacara adat.
Konsumsi naniura juga menjadi bagian dari interaksi sosial dalam komunitas Batak. Di mana hidangan ini sering di santap bersama keluarga dan kerabat dalam suasana penuh keakraban. Seiring dengan perkembangan zaman Sashiminya Orang Batak Ini Juga Mulai Di Kenal Di Luar Suku Batak. Naniura adalah makanan khas Batak yang telah ada sejak lama. Dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner masyarakat Batak. Hidangan ini merupakan salah satu warisan kuliner yang di wariskan dalam keluarga Batak terutama di kawasan Sumatera Utara.
Sejarahnya makanan naniura terkait erat dengan tradisi adat. Dan cara hidup masyarakat Batak yang hidup di daerah yang banyak terdapat perairan. Sehingga ikan menjadi sumber pangan utama mereka. Naniura yang terbuat dari ikan mentah yang di bumbui rempah-rempah khas. Mencerminkan cara masyarakat Batak dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan metode yang sederhana namun efektif. Pada awalnya di sajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan keluarga Batak. Seperti pesta pernikahan, kelahiran atau upacara adat lainnya. Makanan ini memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi.
Karena seringkali menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong dalam komunitas. Hidangan naniura di sajikan dalam piring besar dan di makan bersama-sama oleh keluarga atau tamu yang hadir. Penyajian makanan ini juga menggambarkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Batak. Yang sangat menghargai ikatan keluarga dan relasi sosial mereka. Oleh karena itu bukan hanya sekedar hidangan tetapi juga bagian dari identitas budaya yang mempersatukan. Seiring waktu naniura semakin di kenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya di kalangan suku Batak tetapi juga di luar daerahnya. Berkat popularitas kuliner Indonesia yang semakin berkembang.
Naniura Mulai Di Sajikan Di Restoran-Restoran Baik Di Dalam Maupun Luar Negeri. Namun meskipun ada banyak variasi dalam penyajiannya dasar dari makanan ini tetap di pertahankan. Yaitu ikan mentah yang di padukan dengan bumbu khas Batak. Resep bumbu pembuatan ikan mentah khas batak memerlukan bumbu-bumbu khas. Yang memberikan cita rasa unik dan khas pada ikan mentah. Untuk membuat bumbu naniura pertama-tama Anda membutuhkan beberapa bahan utama. Seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas dan cabai rawit. Bawang merah dan bawang putih memberi aroma yang kuat.
Sedangkan jahe dan lengkuas menambah rasa pedas dan segar. Cabai rawit memberikan rasa pedas yang khas namun jumlah cabai bisa di sesuaikan dengan tingkat kepedasan yang di inginkan. Semua bahan ini kemudian di haluskan menggunakan ulekan atau blender hingga menjadi pasta halus. Selanjutnya tambahkan bahan asam untuk memberi rasa segar dan sedikit asam pada ikan. Biasanya air jeruk nipis atau asam jawa di gunakan untuk mengawetkan ikan dan memberikan rasa yang menyegarkan. Setelah bumbu halus tercampur rata Anda bisa menambah sedikit garam.
Dan gula merah secukupnya untuk memberi rasa seimbang pada bumbu. Bumbu ini sangat penting karena akan meresap ke dalam ikan. Memberi cita rasa khas Batak yang segar dan pedas. Setelah bumbu selesai ikan segar biasanya ikan mas atau ikan nila di bersihkan dan di potong tipis-tipis. Ikan yang telah di potong tipis kemudian di campurkan dengan bumbu halus. Dan di biarkan selama beberapa waktu agar bumbu meresap. Proses ini membuat ikan matang secara alami karena pengaruh asam dari jeruk nipis atau asam yang di gunakan.
Naniura siap di sajikan dengan nasi hangat dan sambal atau bisa juga di nikmati dengan ketan. Dengan bumbu yang kaya dan komponen yang segar. Naniura tidak hanya lezat tetapi juga sarat akan makna budaya. Teknik pengolahan naniura khas Batak di mulai dengan pemilihan ikan yang segar. Biasanya ikan mas atau ikan nila yang menjadi bahan utama dalam hidangan ini. Ikan Yang Di Gunakan Harus Dalam Kondisi Sangat Segar. Karena proses pengolahannya yang mengandalkan bahan mentah. Ikan di bersihkan dengan hati-hati untuk menghilangkan kotoran dan sisik.
Setelah itu ikan di potong tipis-tipis sekitar 2–3 mm agar bumbu bisa meresap dengan baik ke dalam daging ikan. Pemotongan yang tipis juga memudahkan ikan untuk matang. Dengan cara perendaman dalam bumbu asam tanpa perlu di masak dengan panas. Setelah ikan di potong langkah berikutnya adalah pembuatan bumbu halus. Bumbu untuk naniura terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas dan cabai rawit. Yang di hancurkan bersama hingga menjadi pasta halus. Beberapa variasi juga menambahkan daun jeruk purut atau kemangi untuk menambah aroma segar.
Setelah bumbu halus siap tambahkan air jeruk nipis atau asam jawa sebagai bahan pengasam. Untuk mengawetkan ikan dan memberikan rasa asam yang khas. Proses pengolahan naniura tidak melibatkan pemasakan dengan api. Tetapi mengandalkan efek asam dari jeruk nipis atau asam yang di gunakan. Ikan yang telah di campur dengan bumbu di biarkan selama beberapa jam. Agar bumbu meresap ke dalam ikan dan proses pengawetan alami terjadi. Dalam waktu tersebut ikan akan matang secara alami mengubah tekstur dan rasa daging ikan naniura sebagai Sashiminya Orang Batak.